Iklan

Iklan

,

Iklan

Kementan Siap Menghadapi Perubahan Iklim Melalui Sistem EWS SIPANTARA

Harian Berantas
Rabu, 25 Oktober 2023, 08:49 WIB Last Updated 2023-10-26T17:45:45Z

langkah strategis penanganan Dampak Perubahan Iklim dalam menjaga ketersediaan pangan strategis bagi 270 juta penduduk Indonesia.
HARIANBERANTAS.CO - JAKARTA - Kementerian Pertanian menerapkan 3 (tiga) langkah strategis penanganan Dampak Perubahan Iklim dalam menjaga ketersediaan pangan strategis bagi 270 juta penduduk Indonesia.
 
Plt. Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi dalam beberapa kesempatan mengungkapkan, strategi menghadapi dampak El Nino dapat dilakukan melalui 3 strategi yaitu antisipasi, adaptasi, dan mitigasi.
 
“Kita harus mengambil langkah cepat dan konkrit untuk penanganan El Nino di lapangan, sehingga pangan kita tetap terjaga dan cadangan pangan pemerintah aman. Salah satunya melalui pendekatan digital yang cepat dan akurat,” kata Arief.
 
Menindaklanjuti hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura telah mengambil langkah antisipatif dalam penanganan El Nino pada subsektor hortikultura dengan terus berupaya mengembangkan berbagai langkah adaptasi dan mitigasi yang mudah, efektif dan efisien.
 
Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan terus melakukan pemantauan, sosialisasi dan pemutakhiran sistem peringatan dini dan pengelolaan penanaman hortikultura (EWS Sipantara).
 
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto meluncurkan EWS Sipantara pada Agustus lalu.
 
Prihasto menambahkan, EWS Sipantara merupakan salah satu alat antisipatif dalam upaya menghadapi dampak perubahan iklim terhadap subsektor hortikultura, khususnya komoditas aneka cabai dan bawang merah.
“Dengan EWS Sipantara, kegagalan pertanaman khususnya pertanian bawang merah dan cabai kita harapkan dapat diminimalisir,” kata Prihasto.
 
Lebih lanjut Jekvy Hendra selaku Direktur Perlindungan Hortikultura dalam rakor ini menyampaikan bahwa peningkatan dan perbaikan berkelanjutan pada sistem EWS Sipantara sangat diperlukan untuk memastikan data pendukung dalam sistem aplikasi terus terpantau dan sebagai langkah cepat dalam menangani dampak perubahan iklim yang dialami. Saat ini.
 
“Sebagaimana informasi BMKG, kondisi El Nino akan berlanjut sampai akhir tahun 2023 dan terus berlanjut sampai awal tahun 2024, meskipun kondisinya kearah moderat, namun terus kita mempunyai langkah konkret dan terobosan di lapangan melalui implementasi EWS Sipantara,” jelas Jekvy.
 
Untuk menunjang kinerja dan keakuratan data prediksi pada aplikasi ewssipantara.id, tim IT Ews Sipantara, Darmawan Lahru, Dosen Vokasi UNS akan melakukan normalisasi database dan mendesain ulang fitur update data Prediksi CH (curah hujan). Hal ini bertujuan untuk memastikan data Prediksi CH dari BMKG dapat selaras dengan arsitektur aplikasi ewssipantara.id.
 
“Rencana pengembangan selanjutnya adalah penambahan fitur prediksi hama penyakit berdasarkan curah hujan prediksi. Fitur tersebut memungkinkan untuk peramalan hama yang akan muncul ke depan, berdasarkan data CH prediksi dari BMKG,” jelas Darmawan.
 
Senada dengan hal tersebut, Tim EWS Sipantara dari BMKG melalui perwakilannya Adi Ripaldi juga menyampaikan situasi dan kondisi iklim saat ini, dimana IOD positif dan El-Nino skala sedang masih mengganggu iklim di Indonesia hingga saat ini, dampaknya adalah juga telah dirasakan dan dibuktikan di lapangan.
 
“Dilaporkan kekeringan dan kekurangan sumber daya air di beberapa daerah. Tentu hal ini akan berdampak pada sektor pertanian, khususnya sektor hortikultura. Kemudian prediksi juga bahwa IOD dan El Nino bertahan setidaknya sampai akhir tahun. akhir tahun 2023, bahkan El-Nino masih bisa berlanjut hingga Februari 2024. Oleh karena itu, dengan adanya EWS Sipantara, kita bisa memberikan warning dan rekomendasi jadwal tanam subsektor horti yang harus menyesuaikan dengan kondisi iklim yang akan terjadi, jelas Adi.
 
Aris Pramudia, salah satu tim pengembang EWS Sipantara dari BRIN mengungkapkan bahwa EWS Sipantara dipersiapkan untuk dapat memberikan informasi prediktif peringatan dini dan jadwal tanam bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit hingga 6 (enam) bulan ke depan, dilengkapi dengan dengan informasi serupa dengan kondisi normal hingga setahun kedepan,” ujarnya.
 
Sementara itu, perwakilan Badan Informasi Geospasial Ferarry Pinem menambahkan, EWS Sipantara diharapkan mampu mengakomodir proses integrasi data secara sistem sehingga penyampaian informasi kepada masyarakat dapat dilakukan dengan cepat.
 
Ia mengatakan, kemudahan integrasi data juga akan memudahkan penambahan informasi dari sistem yang terhubung dengan simpul jaringan yang ada. Hal ini tentunya akan berdampak pada penguatan analisa dalam mencapai tujuan ketahanan pangan.
 
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Dampak Perubahan Iklim Direktorat Jenderal Hortikultura Agung Sunusi menjelaskan, rakor pembaharuan EWS SIPANTARA bertujuan untuk pemutakhiran data aktual bulan Juni hingga September 2023 dan data prediksi 6 (enam) bulan ke depan yaitu Oktober 2023 hingga April 2024.
 
“Tim EWS juga melakukan pembaharuan analisis data yang lebih efektif dan efisien serta lokasi sentra pada kampung hortikultura. Kegiatan ini akan rutin dilakukan setiap sekali dalam 2 (dua) sampai 3 (tiga) bulan ke depan,” pungkas Agung.(rp)
 

Iklan