Iklan

Iklan

,

Iklan

Mentan Amran menegaskan jelang Nataru pihaknya harus berada di lapangan dan dekat dengan petani

Harian Berantas
Selasa, 28 November 2023, 14:07 WIB Last Updated 2023-11-28T11:18:59Z

Mentan Amran
Jelang Naturu petugas Kementerian Pertanian turun ke lapangan secara terus menerus.
 
HARIANBERANTAS.CO - Jelang akhir tahun ini, dinamika harga cabai di berbagai daerah menjadi perhatian utama Kementerian Pertanian (Kementan), khususnya dalam menjaga stabilitas harga komoditas hortikultura jelang Hari Besar Keagamaan (HBKN).
 
Hal ini ditegaskan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang mengatakan pentingnya hadir di lapangan untuk mendukung petani, memantau produksi, mencatat permasalahan yang dihadapi, dan memberikan solusi bersama dengan dinas pertanian.
 
“Jelang Naturu ini kita semua harus berada di lapangan, kita harus berada dekat dengan petani, hitung produksinya, catat masalahnya dan berikan solusinya. Tentu kalau bersama-sama dinas pertanian, kita bisa temukan solusi terbaik itu,” tegas Mentan Amran dalam keterangan pers yang diterima Harianberantas.co, Senin (28/11/23).
 
Senada, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto juga telah memerintahkan petugas Kementerian Pertanian turun ke lapangan secara terus menerus. Tim tersebut, kata Prihasto, terlibat dalam pemantauan harga, distribusi bantuan, pemantauan serangan hama dan penyakit tanaman, serta memberikan edukasi kepada petani.
 
“Tim kami sudah turun di lapangan, ada yang memantau harga, ada yang memantau bantuan di titik bagi (distribusi), tim POPT memantau serangan hama dan penyakit tanaman, dan beberapa tim hadir untuk memberikan edukasi kepada petani.” jelas Anton, sapaan akrabnya Prihasto Setyanto yang juga saat ini tengah menjabat Plt. Sekjen Kementan itu.
 
Dirinya menjelaskan, meski kenaikan harga cabai merupakan hal yang wajar, namun upaya pemberian bantuan pompa sumur dalam di beberapa daerah telah dilakukan untuk mengatasi dampak kekeringan tersebut, sehingga diharapkan produksi dapat kembali normal.
 
Menurut Anton, produksi cabai saat ini masih pada tingkat aman dibandingkan kebutuhan konsumsi. Ia menegaskan, dengan turunnya hujan, petani akan kembali bercocok tanam dan produksi cabai diprediksi akan surplus pada tahun ini meski fluktuasi bulanan mungkin bersifat musiman.
 
Berdasarkan rilis tersebut, di Kabupaten Bulukumba harga cabai meningkat drastis. Diutarakan dua petani yakni Ice Rismayani dan Muhammad Ramli, mereka merasakan dampaknya. Diakui Ice, stok cabai berkurang akibat cuaca El Nino ekstrem, sedangkan Ramli menilai tingginya harga cabai merupakan peluang untuk mengembangkan ladang cabai lebih besar dan mengatasi kerugian sebelumnya.
 
Menurut pengakuan kedua orang petani cabai di desa Bontobangun Kec. Rilau Ale itu, harga cabai rawit di tingkat petani saat ini dibandrol dengan harga Rp. 45 ribu, cabai keriting, Rp. 37 ribu sedangkan cabai besar Rp 25 ribu. Hal itu diakui Ice karena stok cabai di Kota Kabul (sebutan Kota Bulukumba di kalangan anak milenial) berkurang akibat kemarau panjang yang melanda selama hampir 4 bulan.
 
“Saya selaku petani tentunya sangat senang sekali kalau harga cabai mahal, karena bisa mengembalikan kerugian kami yang dulu. Sekarang ini kami bisa menabung keuntungannya untuk mengembangkan ladang cabai yang lebih besar (luas-red). Harusnya masyarakat mengijinkan kami untuk menikmati keuntungan dari cabai itu, agar para petani seperti kami ini bisa merasakan Kesejahteraan,” kata keduanya.
 
Sekadar informasi, selain di Bulukumba, kenaikan harga cabai juga terjadi di Jeneponto, dimana harga cabai rawit mencapai Rp 60 ribu per kilogram. Terpantau di lapangan, banyak petani cabai yang mengalami kerugian akibat kekeringan yang belum terselesaikan secara tuntas sepenuhnya, padahal bantuan pompa air dari Kementerian Pertanian telah memberikan manfaat bagi sebagian petani.
 
Kementerian Pertanian terus berupaya mendukung petani dengan memberikan bantuan tambahan, memantau kondisi lapangan, dan memberikan solusi agar harga cabai kembali stabil di tengah dinamika perdagangan yang saat ini yang terjadi.(*).
 

Iklan